Ma’rifatuz Zaman : Mulkan Jabriyyah, Jaman Dimana Kita Berada Sekarang...

dari blog favorit saya geraidinar
Judul ini saya ambilkan dari judul Khutbah Idul Fitri yang sangat menarik dari Ustad Muhammad Ihsan Arlansyah Tandjung di Masjid Al-Hakim PT Sucofindo-Pancoran-Jaksel 01 Syawwal 1429 H. Atas kebaikan beliau saya dikirimi teksnya via email.

Salah satu poin yang bagi saya sangat menarik adalah penjelasan beliau tentang hadits berikut :

“(1) Babak Kenabian akan berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(2) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(3) Kemudian babak Raja-raja yang menggigit berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(4) Kemudian babak Raja-raja yang memaksakan kehendak(para diktator) berlangsung di tengah kalian selama masa yang Allah kehendaki kemudian Allah mencabutnya jika Allah menghendaki untuk mencabutnya.
(5) Kemudian babak keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian kemudian Nabi diam.” (HR Ahmad 17680).

Menurut beliau zaman dimana kita berada ini adalah zaman keempat, yaitu zaman Mulkan Jabriyyah atau raja-raja yang memaksakan kehendaknya. Zaman ini bermula dari runtuhnya kekalifahan Utsmani Turki 1924 M atau 1342 H.


Ustad kemudian menjelaskan tentang jaman keempat ini sebagai berikut : “Pada zaman keempat ini Ummat Islam menjalani kehidupan laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Laksana anak-anak yatim kehilangan ayah. Atau laksana gelandangan kehilangan rumah tempat bernaung.

Dunia Islam terurai menjadi kepingan-kepingan negeri yang memiliki arah dan sistem beraneka jenis yang pada umumnya jauh dari arah dan sistem Islam. Mulailah dunia memiliki para pemimpin dan penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tataran kehidupan sosial-kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi Islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.

Negara-negara Islam mengumumkan berdirinya nation-state. Masing-masing menentukan ideologi dan falsafahnya sendiri-sendiri yang pada umumnya tidak berlandaskan panduan umat Islam semestinya, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Mulailah masing-masing lebih membanggakan identitas material-geografis kebangsaannya daripada identitas spiritual-ideologis keislamannya. Memang, kita tidak semestinya mempertentangkan kebangsaan dengan keislaman. Namun yang pasti, kesadaraan sebagai warga khilafah yang berspirit luas Islam-globalis telah jauh terkubur oleh kesadaraan sebagai warga negara yang berjiwa sempit bangsa-lokalis.

Seorang ulama Pakistan bernama Imran Hosein menyebut dunia kini A Godless Civilization (Peradaban Tak Bertuhan). Ahmad Thompson, seorang penulis Muslim berkebangsaan Inggris, bahkan menyebut dunia kita sejak kurang lebih seratus tahun belakangan merupakan sebuah Sistem Dajjal atau “sistem kafir”.

Ia berpendapat, kondisi dunia kini sangat bertentangan dengan sistem kenabian. Berbagai lini kehidupan modern didominasi dajjalic values (nilai-nilai dajjal), bukan prophetic values (nilai-nilai kenabian). Kemudian secara panjang lebar ia bedah satu per satu lini kehidupan modern yang sudah sangat jauh dari nilai keimanan dan sarat nilai kekufuran.

Muhammad Quthb, adik kandung asy-Syahid Sayyid Quthb, menyebut dunia modern sebagai Jahiliyah Abad 20 atau Jahiliyah Modern.
Pada babak keempat ini ummat Islam menjalani the darkest ages of the Islamic history (masa paling kelam dalam sejarah Islam)” .

Lantas apa kaitan ini semua dengan upaya penyebar luasan Dinar yang kita lakukan ?.

Ternyata dari seluruh periode yang sudah lewat dan yang sedang berjalan saat ini; System keuangan Dinar digunakan di seluruh tiga periode sebelumnya. Dinar baru tidak dugunakan bersamaan dengan keruntuhan kekalifahan Utsmani Turki – yang juga bertepatan dengan mulainya periode Mulkan Jabriyyah .

Jadi jangan heran kalau sistem keuangan yang adil berbasis Dinar - sekarang lagi nggak kepakai – lha wong jamannya memang lagi jaman Jahiliyah Modern meminjam istilah Muhammad Quthb tersebut diatas.

Meskipun demikian kita tidak perlu pesimis, karena kabar baiknya dari hadits tersebut diatas adalah periode Mulkan Jabriyyah juga akan berakhir, digantikan dengan periode keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian.

Pada periode kelima ini karena mengikuti pola(manhaj) Kenabian, mana yang lebih tepat sistem keuangan ribawi nan spekulatif seperti yang menjelang runtuh sekarang ?– atau sistem keuangan yang adil sepanjang zaman seperti Dinar ? tentu yang terakhir yang berlaku.

Kedhaliman dan kekhufuran pasti runtuh melalui dua sebab yaitu oleh tangan-tangan mereka sendiri dan dengan tangan orang beriman... “.... mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman.... (QS 59:2). Sekaraang system kuangan yang dhalim sedang runtuh oleh tangan-tangan mereka sendiri...,kalau tangan-tangan orang beriman dibiarkan tetap berpangku tangan atau tetap terbelenggu, maka yang akan menggantikan mungkin tetap system yang dhalim berikutnya ---maka berpanjang-panjanglah periode Mulkan Jabriyyah berlangsung.

Semoga saja hal kecil yang kita lakukan dengan menyebar luaskan system keuangan yang adil dengan Dinar ini diridloi olehNya – dan melengkapi upaya-upaya yang juga dilakukan oleh saudara-saudaraku seIman lainnya, sehingga terpenuhilah syarat...”...dan dengan tagan-tangan orang beriman...” . Ketika dua syarat tersebut terpenuhi maka kita bisa berharap periode kelima akan segera datang...periode keKhalifahan yang mengikuti pola (manhaj) Kenabian yang kita tunggu-tunggu. Amin.

Bagikan Info ini

Bookmark and Share
Sponsor Web Penghasil Uang

Artikel Terkait

Toko Buku Kedokteran Online

 

Lihat semua daftar posting »»Gajiku di Bisnis Internet is proudly powered by Blogger | Minima Template edited by Bowo