Sandiaga Salahuddin Uno Mengawali Sukses dari Kebangkrutan



Saya mengagumi Pak Sandiaga sebagai seorang entrepreneur yang cemerlang dan religius. Saya sangat ingin belajar tentang capital market langsung dari Beliau..Semoga semua ini bisa terwujud.

Berikut ini adalah sekilas tentang Pak Sandiaga.i

Ia enggan terjun ke dunia politik. Karena, politikus sudah banyak dan Indonesia membutuhkan jauh lebih banyak pengusaha.

-Ririn Radiawati Kusuma-

KEBERUNTUNGAN dan kesempatan yang selalu ia peroleh tatkala keterimpitan mendera membuat Sandiaga Salahuddin Uno mencapai apa yang oleh peradaban modern disebut sebagai kesuksesan. Yang terakhir adalah tatĂșala namanya masuk daftar 150 orang terkaya versi Globe Asia 2009. Pria kelahiran Rumbai, Riau, 28 Juni 1969 ini pun masih terheran-heran dengan itu semua. “Saya enggak tahu, mereka dapat dari mana data itu. Sayajuga tidak pernah merasa melaporkan kekayaan saya kepada institusi atau seseorang,” kelakarnya ketika ditemui Media Indonesia di Ritz Carlton Hotel, Mega Kuningan, seusai menghadiri acara Shell Entrepreneur Award, Jumat (5/6), pekan lalu.

Bila ditarik lagi ke belakang, sosok yang akrab dipanggil Sandi ini bukan tanpa perjuangan untuk meraih posisinya saat ini sebagai pengusaha sukses dan bahkan masuk daftar 150 orang terkaya versi Globe Asia. Di antara mereka yang masuk daftar itu ialah pengusaha termuda. Sandiaga berada di posisi 58 dengan kekayaan sebesar US$220 juta atau sekitar Rp22 triliun.
“Saya malah enggak yakin kalau harta saya sebanyak itu,” kelakarnya. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, Sandiaga tidak lepas dari titik balik yang pernah ia alami untuk mencapai posisi sekarang. Sesungguhnya ia memulai perjalanan menuju kesuksesan dengan bangkit dari sebuah keterpurukan.
Hikmah krisis Di balik getirnya krisis pada 1998, Sandi malah berterima kasih dengan adanya krisis 10 tahun lalu yang membuatnya di-PHK dari tempatnya bekerja. Sandi lulus dari Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat summa cumlaude. Setelah itu, ia mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990.
Pada, 1991 ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington
University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif 4,00. Pada 1994, ia bergabung dengan MP Holding Limited Group sebagai investment manager.
Pada 1995, ia pindah ke NTI Resources Ltd di Kanada dan menjabat Executive Vice
President NTI Resources Ltd dengan penghasilan US$8.000 per bulan atau sekitar Rp80 juta. Datangnya badai krisis moneter pada 1998 membuatnya tak bertahan lama di posisi puncak itu. Krisis tersebut menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Semua tabungan hasil jerih payah yang diinvestasikannya ke pasar modal juga turut kandas akibat ambruknya bursa saham global.Di tengah keterpurukan itu, Sandi memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menumpang di rumah orang tuanya, Henk Uno dan Mien R Uno, karena tidak mampu membayar sewa rumah. Situasi tersebut sempat membuat pria yang kini berusia 40 tahun itu hampir putus
asa. Keadaan krisis membuat ia berpikir bahwa ia tak mau menjadi karyawan lagi. Dengan alasan tidak bisa independen secara fi nansial dengan menjadi karyawan, Sandi menggunakan peluang yang ada untuk menjajal dunia wirausaha. “Sebagai pengusaha, saya akan lebih mandiri secara keuangan daripada menjadi pegawai,” katanya. Berawal dari mendirikan perusahaan penasihat keuangan dengan teman SMA-nya bernama PT Recapital Advisors pada 1997, ia mempelajari seluk-beluk bisnis, antara lain dari William Soeryadjaya. Pada 1998, Sandi dan Edwin Soeryadjaya, putra William, mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya. Bidang usaha yang
digarap meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan. Berbekal jejaring relasi de- ngan perusahaan serta lembaga keuangan dalam dan luar negeri, Sandi menjalankan bisnis itu. Usahanya menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Kinerja perusahaan yang krisis itu lantas dibenahi dan dikembangkan. Setelah pulih, aset perusahaan dijual dengan nilai tinggi. Ada 12 perusahaan yang sudah diambil alih. Beberapa perusahaan telah dijual, antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.

Resep sukses
Dengan pengalamannya bangkit dari keterimpitan krisis, Sandi mengaku tak lepas dari kesempatan yang diberikan Allah kepadanya. “Saya tidak akan menemukan peluang kalau tidak terbentur pada situasi yang mepet,” ujarnya. Dengan mengutip salah satu ayat suci Alquran yang berarti, “Setiap ada kesulitan selalu ada kemudahan di baliknya,” pengusaha yang religius ini menarik benang merah dari pengalaman hidupnya, yaitu struggle atau berjuang. Namun, ia mengaku terlambat untuk menjadi pengusaha. “Saya menjadi pengusaha pada usia 28. Itu saya merasa sudah terlambat,” ujarnya. Ayah dua anak ini berpendapat bahwa benih pengusaha harus dipupuk sejak kecil. Merupakan tanggung jawabnya sebagai Wakil Ketua Unit Usaha Kecil Menengah (UMKM) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk melahirkan
pengusaha-pengusaha di Indonesia. “Keterampilan untuk menjadi pengusaha harus dididik dari kecil,” ujarnya. Ia mencontohkan pemenang Shell Entrepreneur Award yang telah merintis usaha sejak mereka masih usia belasan. “Saya kagum dengan mereka. Bakat mereka ini harus dipupuk untuk kekuatan ekonomi Indonesia di masa depan,” katanya. Ia melihat Indonesia sedang dalam masa krisis pengusaha.
Bayangkan, katanya, caleg saja gampang didapat. Kemarin untuk pemilu legislatif saja
sudah terdaftar sebanyak 500 ribu caleg. “Sementara itu, cari pengusaha 100 ribu saja susah,” katanya. Keprihatinan itulah yang membuatnya enggan terjun di dunia politik. “Indonesia butuh pengusaha. Politikus sudah banyak,” candanya. (X-9)

ririn@mediaindonesia.com

Bagikan Info ini

Bookmark and Share
Sponsor Web Penghasil Uang

Artikel Terkait

Toko Buku Kedokteran Online

 

Lihat semua daftar posting »»Gajiku di Bisnis Internet is proudly powered by Blogger | Minima Template edited by Bowo